Pelatih tim nasional (timnas) Indonesia Alfred Riedl dan pelatih tim Filipina Simon McMenemy sama-sama mengeluhkan suara bising yang ditimbulkan oleh penonton pada laga pertama semifinal di ajang Piala AFF 2010, Kamis (16/12) malam. "Suara bising dari penonton menyulitkan pemain berkomunikasi. Itulah sebabnya maka kiper Markus Horison dan Maman Abdurachman sempat salah paham saat mendapatkan serangan dari lawan," ujar Riedl seusai pertandingan.
Leg pertama semifinal di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta tersebut dihadiri lebih dari 70 ribu penonton sebagaimana diumumkan panitia penyelenggara. Sorak sorai disertai bunyi terompet memang membuat bising meski hal itu oleh kedua pelatih tetap hal wajar sebagai ekspresi dari dukungan yang diberikan penonton.
Simon McMenemy mengeluhkan hal serupa sehingga ia sendiri mendapat peringatan dari wasit Moradi Masoud Hasanalo dari Iran. Terutama, ketika ia berteriak-teriak memberikan instruksi dari sisi lapangan. "Suara bising itu sangat mengganggu komunikasi, tidak hanya saya, tapi juga antar pemain. Tidak mungkin saya berteriak pelan karena tak bisa didengar oleh pemain," ujar McMenemy.
Mengenai hasil kemenangan 1-0 yang dicapai timnas Indonesia, Alfred Riedl memandang sebagai modal positif untuk menghadapi laga kedua pada 19 Desember nanti. Diingatkannya, kemenangan itu adalah kemenangan Indonesia saat bermain di kandang lawan [baca: El Loco Perlebar Peluang Indonesia].
"Kemenangan ini sangat bagus karena dihitung sebagai kemenangan di kandang lawan, tapi kita belum sampai ke final. Kemenangan pada laga pertama memang sangat penting dan kemenangan ini dicapai karena para pemain kita jauh lebih aktif bermain," ujarnya.
Riedl mengakui postur pemain lawan (Filipina) jauh lebih baik dibanding pemain tim asuhannya sehingga agak kesulitan melakukan terobosan-terobosan dengan umpan panjang sehingga ia lebih banyak menginstruksikan menyerang dengan umpan-umpan pendek. Riedl juga mengakui di babak kedua tempo permainan agak menurun, namun ia membantah dikatakan para pemainnya bermasalah dengan stamina.
"Tempo permainan di babak kedua memang menurun, tapi kondisi fisik pemain tetap bugar. Kami lihat pemain Filipina juga menurunkan temponya, itu karena sama-sama kesulitan menembus gawang lawan," papar pelatih asal Austria itu. Menghadapi leg kedua saat Indonesia menjadi tuan rumah di tempat yang sama, Riedl tetap akan berupaya menciptakan kemenangan.
Sebaliknya, McMenemy mengaku masih yakin bisa memenangkan leg kedua. "Seperti kami katakan sebelumnya, pertandingan ini memang sulit bagi kami karena Indonesia memiliki semangat juang yang tinggi. Masih ada beberapa kesalahan yang harus kami perbaiki dan banyak kans yang kami dapat sehingga kami tetap optimis bisa memenangkan laga kedua nanti," ujarnya.
credit : yahoo.co.id
liputan6.com
Tampilkan postingan dengan label IraN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IraN. Tampilkan semua postingan
Senin, 20 Desember 2010
KedUa PeLatiH SamA-saMa MengeLuh StaDioN BiSinG
Label:
AFF,
ALFreD RiEdL,
FiliPinA,
FoOTbaLL,
InDoNeSiAn,
IraN,
Jakarta,
MamaN AbDuraChMan,
MarCuS HoRiSon,
SiMoN McMeNeMy
Selasa, 07 Desember 2010
InDoNesiA PerBaiKi PerinGkaT EmiSi KaRboN
LSM German Watch dan Climate Action Network (CAN) Europe mengeluarkan laporan Indeks Kinerja Perubahan Iklim, baru-baru ini. Dalam indeks itu, Indonesia disebut berhasil mengurangi emisi karbondioksida dengan peringkat indeks naik dari 23 pada 2010 menjadi 21 pada 2011.
"Indonesia menempati rangking yang lebih baik tahun ini, yaitu rangking ke 21, berdasarkan trend emisi, tingkat emisi, dan kebijakan iklim," kata Penasihat Senior German Watch Jan Burch di Cancun, Meksiko.
Untuk kategori negara industrialisasi baru, Indonesia berada di peringkat keempat terbaik setelah Brasil, India, Meksiko, dan Thailand. Sedangkan untuk kategori indeks penampilan perubahan iklim di negara ASEAN plus India, Cina, Jepang, dan Korea, peringkat Indonesia nomor tiga besar setelah India dan Thailand.
Laporan tersebut juga menyebutkan rangking 10 negara pengemisi karbon terbesar, yaitu Jerman, Inggris, India, Korea Selatan, Jepang, Rusia, Iran, Amerika, Cina, dan Kanada.
Burch menjelaskan, pihaknya meranking negara berdasarkan tiga hal utama, yaitu trend emisi, tingkat emisi, dan kebijakan iklim. Untuk trend emisi dengan indikator dari sektor energi, transportasi, perumahan, industri, dan perbandingan target penampilan emisi karbon.
Sedangkan tingkat emisi dilihat dari level karbondiosida per unit energi utama dan penggunaan energi per kapita. Sementara kebijakan iklim dilihat secara internasional dan nasional.
Burch mengatakan, laporan German Watch ini merupakan instrumen inovatif yang meningkatkan transparansi kebijakan iklim internasional. Laporan dikeluarkan dengan bantuan 190 ahli energi dan kebijakan iklim.
Penilaian berdasarkan kriteria yang distandarkan dan indeks dievaluasi. Lalu dibandingkan penampilan usaha perlindungan iklim 57 negara yang bertanggung jawab terhadap 90 persen emisi karbondioksida di dunia. Untuk itu, Indonesia disebutkan berada pada posisi moderat atau di tengah-tengah dalam usaha mengurangi emisi karbondioksida.
Dalam laporan itu juga disebutkan secara khusus bahwa Brasil dan Indonesia harus mengurangi emisi karbon dari sektor kehutanan dan dibantu pendanaan dari komunitas internasional. Soalnya, 80 persen emisi berasal dari penggundulan hutan.
credit : yahoo.com
liputan6.com
"Indonesia menempati rangking yang lebih baik tahun ini, yaitu rangking ke 21, berdasarkan trend emisi, tingkat emisi, dan kebijakan iklim," kata Penasihat Senior German Watch Jan Burch di Cancun, Meksiko.
Untuk kategori negara industrialisasi baru, Indonesia berada di peringkat keempat terbaik setelah Brasil, India, Meksiko, dan Thailand. Sedangkan untuk kategori indeks penampilan perubahan iklim di negara ASEAN plus India, Cina, Jepang, dan Korea, peringkat Indonesia nomor tiga besar setelah India dan Thailand.
Laporan tersebut juga menyebutkan rangking 10 negara pengemisi karbon terbesar, yaitu Jerman, Inggris, India, Korea Selatan, Jepang, Rusia, Iran, Amerika, Cina, dan Kanada.
Burch menjelaskan, pihaknya meranking negara berdasarkan tiga hal utama, yaitu trend emisi, tingkat emisi, dan kebijakan iklim. Untuk trend emisi dengan indikator dari sektor energi, transportasi, perumahan, industri, dan perbandingan target penampilan emisi karbon.
Sedangkan tingkat emisi dilihat dari level karbondiosida per unit energi utama dan penggunaan energi per kapita. Sementara kebijakan iklim dilihat secara internasional dan nasional.
Burch mengatakan, laporan German Watch ini merupakan instrumen inovatif yang meningkatkan transparansi kebijakan iklim internasional. Laporan dikeluarkan dengan bantuan 190 ahli energi dan kebijakan iklim.
Penilaian berdasarkan kriteria yang distandarkan dan indeks dievaluasi. Lalu dibandingkan penampilan usaha perlindungan iklim 57 negara yang bertanggung jawab terhadap 90 persen emisi karbondioksida di dunia. Untuk itu, Indonesia disebutkan berada pada posisi moderat atau di tengah-tengah dalam usaha mengurangi emisi karbondioksida.
Dalam laporan itu juga disebutkan secara khusus bahwa Brasil dan Indonesia harus mengurangi emisi karbon dari sektor kehutanan dan dibantu pendanaan dari komunitas internasional. Soalnya, 80 persen emisi berasal dari penggundulan hutan.
credit : yahoo.com
liputan6.com
Langganan:
Postingan (Atom)